مَعْنَى
الشَّهَادَتَيْنِ
Makna Dua Kalimat Syahadat
- Mengucap dua kalimat syahadat dan menerima bahwa Allah itu tunggal dan Nabi Muhammad SAW itu rasul Allah.
- Menunaikan shalat lima waktu sehari.
- Mengeluarkan zakat.
- Berpuasa pada bulan Ramadan.
- Menunaikan Haji bagi mereka yang mampu.
Rukun pertama merupakan bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah secara
hak melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Syahadat (persaksian)
ini memiliki makna mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati lalu
mengamalkannya melalui perbuatan. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan
namun tidak mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya maka tidak ada manfaat
sama sekali dengan syahadatnya.
Syarat syahadat adalah sesuatu yang tanpa
keberadaannya maka yang disyaratkannya itu tidak sempurna. Apabila seseorang
mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa memenuhi syarat-syaratnya, bisa
dikatakan syahadatnya tidak sah.
Syarat syahadat ada tujuh, yaitu:
1) Pengetahuan
Seseorang
yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Orang yang
bersangkutan wajib memahami isi dari dua kalimat yang dinyatakan serta bersedia
menerima konsekuensi ucapannya.
2) Keyakinan
Seseorang
yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa
sedikitpun ragu terhadap makna tersebut.
3) Keikhlasan
Ikhlas
berarti bersihnya hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna
syahadat. Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya atau
kecenderungan tertentu tidak akan diterima oleh Allah.
4) Kejujuran
Kejujuran
adalah kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Pernyataan syahadat harus
dinyatakan dengan lisan, diyakini dalam hati, lalu diaktualisasikan dalam amal
perbuatan.
5) Kecintaan
Kecintaan
berarti mencintai Allah dan Muhammad serta orang-orang yang beriman. Cinta juga
harus disertai dengan amarah yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang
bertentangan dengan syahadat, atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang
menyalahi sunnah rasulullah.
6) Penerimaan
Penerimaan
berarti penerimaan hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan
rasul-Nya, dan hal ini harus membuahkan ketaatan dan ibadah kepada Allah,
dengan jalan meyakini bahwa tak ada yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya
kecuali ajaran yang datang dari syariat Islam. Bagi seorang muslim tidak ada
pilihan lain kecuali Al Qur'an dan sunnah rasul.
7) Ketundukan
Ketundukan yaitu
tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dan Muhammad secara lahiriyah. Seorang
muslim yang bersyahadat harus mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan
semua larangan Allah. Perbedaan antara penerimaan dengan ketundukan adalah bahwa
penerimaan dilakukan dengan hati, sedangkan ketundukan dilakukan dengan fisik.
Oleh karena itu, setiap orang yang bersyahadat tidak harus disaksikan amirnya
dan selalu siap melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupannya.
Pada
dua kalimat syahadat tersebut terdapat kalimat “Laa Ilaaha Illallah” yang
merupakan kalimat tauhid. Kalimat tauhid berarti “tidak ada Tuhan selain Allah”
yang bermakna keesaan Allah SWT. Penjelasan mengenai kalimat tauhid tersebut
diturunkan Allah SWT melalui firman-Nya lewat perantara Nabi Muhammad SAW di
Mekkah selama periode 13 tahun. Di antara beberapa surah-surah yang menjelaskan
keesaan Allah SWT, kali ini dibahas tiga nama Allah SWT:
1) Al
Khaliq
Al Khaliq berarti tiada pencipta
selain Allah SWT. Allah menciptakan segala di dunia dan di akherat dengan
sempurna. Melalui Al Quran, manusia selalu diingatkan untuk berpikir kepada
hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Seperti di Surah Al Waqiah ayat 68-70,
mengenai air hujan yang Allah turunkan dari langit hingga air yang bisa kita
minum. Subhanallah, bahwa Allah tidak menjadikan air tersebut asin seperti air
di laut.
2) Ar
Razaaq
Ar Razaaq berarti tidak ada pemberi
rezeki selain Allah SWT. Pada Surah Al Isra ayat 31, Allah berfirman agar kita
jangan takut anak-anak kita tidak mendapatkan rezeki, karena rezeki dari
anak-anak kita adalah sudah dijamin oleh Allah SWT.
3) Al
Hakim
Al Hakim berarti tidak ada pembuat hukum selain Allah SWT.
Allah telah membuat ketetapan-ketetapan untuk kita sebagai manusia. Sebagai
contoh, perintah Allah mengenai minuman keras tidak turun dalam satu waktu
tetapi berangsur-angsur. Firman pertama pada Surah Al Baqarah ayat 219 yaitu
bahwa keburukan minuman keras lebih besar daripada manfaatnya. Kemudian turun
surah An Nisa ayat 60 yang berisi bahwa janganlah manusia mendekati sholat
dalam keadaan mabuk. Terakhir turun pada surah Al Maidah ayat 90, bahwa minuman
keras dan judi merupakan perbuatan pengaruh syaitan.
مَدْلُوْلُ
الشَّهَادَةِ
Kandungan Syahadat
Arti
dari “Asyhadu”:
أشهد أن لاإله إلا
الله
و أشهد أن محمدا
رسول الله
Penggunaan lafadz
“asyhadu” sebagai kata kunci dalam kalimat yang menjadi pintu gerbang Islam
itu, tentu bukanlah tanpa sebab, karena ada lafaz lain yang maknanya mirip,
misalnya “uqirru” (saya mengakui) maupun “U’linu” (saya memproklamirkan). Tapi
toh bukan dua kata itu yang digunakan.
Kata “asyhadu” sendiri sesungguhnya
memiliki tiga makna:
1)
Pernyataan ( اَلإِقْرَارُ )
Iqrar yaitu suatu pernyataan seorang muslim mengenai apa yang
diyakininya. Pernyataan ini sangat kuat karena didukung oleh Allah SWT,
Malaikat dan orang‑orang yang berilmu (Para nabi dan orang yang beriman). Jika
saja seorang mukmin mengatakan “La Ilaaha Illallah”, maka pertama-tama adalah
bahwa pernyataan itu harus diucapkan dengan segenap keyakinan dan kesadaran
bahwa yang penting dari pernyataan itu adalah pembuktian. Hasil dari ikrar ini
adalah kewajiban kita untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang diikrarkan.
Oleh karena yang menjadi saksi bagi pernyataan itu adalah Allah sendiri. Allah
lebih tahu bahwa Ia adalah Tuhan. Yang oleh karena itu Allah akan menuntut
bukti agar hambanya yang mengucapkan pernyataan itu dapat membuktikan bahwa ia
meng-Ilahkan Allah dalam setiap sisi kehidupannya. Tidak ada tempat dan waktu
yang kosong dari pembuktian bahwa dirinya memang betul memperhamba dirinya
kepada Allah. Allah adalah Tuhannya dalam keadaan sedih maupun senang, sendiri
ataupun di tengah keramaian, diam atau bicara. Ia sadar dan yakin bahwa Allah
adalah Murabbi baginya. Karena Allah adalah rabbul ‘alamin.
Iqrar Syahadah merupakan pernyataan keyakinan seorang hamba
mukmin terhadap pemeliharaan Allah terhadap dirinya. Nyaris seluruh sistem
dalam tubuhnya langsung dikendalikan oleh kekuatan Rabbul ‘alamin. Sistem
peredaran darahnya, debaran jantungnya, pencernaannya dan banyak lainnya
langsung tunduk pada sistem rabbaniyah. Itulah kenapa manusia tidak dapat
menolak rasa ketuhanan (God Conciousness) yang muncul dalam dirinya. Bahkan itu sudah menjadi fitrah
dirinya.
2)
Sumpah (اَلْقَسَمُ )
Sumpah yaitu pernyataan kesediaan menerima akibat dan resiko
apapun dalam mengamalkansyahaadah. Muslim
yang menyebut asyhadu berarti siap dan bertanggungjawab dalam tegaknya Islam dan
penegakan ajaran Islam.Sebenarnya kesiapan menerima resiko bermula dari
keyakinan dan kepahaman mereka terhadap syahadah yang mereka ucapkan. Syahadah
adalah agreement antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dengan perjanjian itu,
Alllah menjanjikan kepada mereka ridho dan syurga-Nya (Qs. 61:10). Namun untuk
mendapatkan janji Allah itu mereka harus menyerahkan diri dan hartanya di jalan
Allah (Qs.9:111). Penyerahan itu ditandai dengan kesiapan total untuk
menjadikan Islam sebagai minhaj al-hayah (Qs. 2:208). Di titik inilah seorang mukmin
harus menyadari bahwa akan selalu ada mereka yang tidak rela jika mukmin
melakukan ketundukan total kepada Allah. Mereka tidak hanya tidak suka, tapi
juga mengumumkan peperangan terhadap Hizb Allah ini.
Sunnatullah sudah menunjukkan dimana dalam sejarah pelaku dakwah selalu saja
bertemu dengan mereka yang terus menerus menyakiti para da’i fillah. Dalam 13
tahun pertama dakwah Rasulullah Saw dan para sahabat ra di Makkah, tidak ada
satu haripun yang menyenangkan. Tapi betapa mencengangkan bahwa ternyata tidak
ada berita yang sampai kekita bahwa ada di antara mereka yang murtad karena
tidak tahan penyiksaan kaum kuffar. Ada berita Ammar ibn Yasir sempat
mengucapkan kalimat kafir karena beratnya penyiksaan yang dilakukan kepada
mereka. Namun itu sangat disesali olehnya, sampai akhirnya turun ayat yang
memaafkan yang berlaku pada Ammar ibn Yasir itu. Satu hal yang patut ditanya
adalah, “kenapa para sahabat ra demikian teguhnya memegang keyakinan mereka
itu?” Tentu saja, karena mereka sadar bahwa konsekuensi dari syahadah yang
mereka ucapkan adalah kebencian dan permusuhan kaum kuffar terhadap mereka. Dan
itu tetap saja mereka tahankan dengan sabar dan tegar (Tsabat) oleh karena mereka tetap berharap janji Allah
atas mereka.
Bukan tidak mungkin ada yang tidak tahan memegang syahadah
karena beratnya resiko kalimat ini. Mereka masih menyimpan syahwat mereka
terhadap dunia dan kesenangannya. Atau juga tidak tahan menghadapi penderitaan
di atas jalan dakwah. Akhirnya mereka meninggalkan sebagian atau seluruh
keyakinan mereka dan menukarnya dengan kesenangan dunia (tsamanan qalila). Akhirnya mereka melakukan pelanggaran terhadap
sumpah. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan tempat orang
munafik adalah neraka jahanam.
3)
Perjanjian
yang Teguh (اَلْمِيْثَاقُ )
Mitsaq yaitu janji setia untuk
mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah SWT yang
terkandung dalam. Kitabullah maupun Sunnah Rasul. Taat dalam
keadaan susah ataupun senang, suka atau tidak suka.
Seorang
mukmin mengetahui bahwa syahadah yang sudah diucapkannya harus dibarengi dengan
kesungguhan mewujudkannya. Ia sadar bahwa Allah Swt memperhatikannya dalam
segala keadaan. Oleh karenanya di saat hatinya merasa lemah (mengalami gejala futur) maka ia bersegera memohon kepada Allah Swt agar diberi
ketegaran dan semangat baru dalam menjalankan ketundukannya kepada Allah. Di
antara do’a hamba mukmin adalah “Rabbana la tuzi’ qulubana ba’da iz hadaitanaa wahablana min ladunka
rahmah innaka antal wahhab” atau juga berdo’a seperti Rasulullah Saw “Ya muqallibal
Qulub tsabbit qalbi ‘ala dinika”.
Jika keimanan sudah
direalisasikan secara istiqamah, maka keistiqamahan akan memberikan buah-buah
yang luar biasa pengaruhnya dalam diri seorang mukmin.Di antara buah
keistiqamahan itu adalah :
A. Keberanian ( اَلشَّجَاعَةُ )
Keberanian muncul karena keyakinan
sebagai hamba Allah SWT yang selalu dibela dan didukung Allah SWT. Tidak takut
menghadapi tantangan hidup, siap berjuang untuk tegaknya yang haq
(kebenaran). Keberanian juga bersumber keyakinan terhadap qadha’ dan qadar
Allah SWT pasti. Tidak takut pada kernatian karena kematian di jalan
Allah SWT merupakan anugerah yang selalu merindukannya.Orang
yang beristiqamah didukung Malaikat yang akan menjadikannya berani, tenang dan
optimis.Sumber keyakinan tentang qadha’ dan qadar yang
Menimbulkan keberanian, kecelakaan atau kemudharatan. Hanyalah ketentuan Allah
SWT belaka. Kemuliaan merupakan anugerah Allah SVVT bagi orang orang mukmin
sehingga mereka tidak takut menyampaikan risalah kebenaran, (yaitu) orang-orang
yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka
tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah
sebagai Pembuat Perhitungan.
B. Ketenangan ( اَلاِطْمِئْنَانُ )
Ketenangan berasal dari keyakinan
terhadap perlindungan Allah SWT yang memelihara orang-orang mukmin secara lahir
dan batin. Dengan senantiasa ingat pada Allah SWT dan selalu berpanduan kepada
petunjukNya (kitabullah dan sunnah), maka ketenangan akan selalu hidup di dalam
hatinya. Ketenangan dapat diperoleh dengan mengingat Allah SWT Bahkan Allah
menyebutkan bahwa hanya mengingat Allah saja hati tenang sedangkan mengingat
selain Allah hanya memperoleh ketenangan yang semu. Ketenangan yang diperoleh
karena tawakkal terhadap janji perlindungan Allah SWT yang pasti sehingga.
timbul pula keberanian menghadapi musuh.‑Ilinu Taimiyah berkata, Apa yang
hendak dilakukan musuh,musuhku terhadapku? Sesungguhnya surga aku terletak
dihatiku. Dimanapun aku berada Ia selalu bersamaku. Sesungguhnya kematianku
adalah syahid. Penjaraku adalah rasa manis, sedangkan Mengusirku bagiku adalah
travelling.
C. Optimis ( اَلتَّفَاؤُلُ )
Optimis meyakini bahwa masa depan
adalah milik orang yang beriman. Kemenangan umat Islam dan kehancuran kaum
kufar sudah pasti. Mukmin menyadari amal perbuatan yang dilakukannya tidak akan
sia sia, melainkan pasti dibalas Allah SWT dengan pembalasan yang sempurna.
Optimis bahwa dengan pertolongan Allah SWT tak akan ada yang dapat mengalahkan
seperti contoh optimis yang dilakukan oleh para sahabat Rasul di perang Ahdzab.
Tentu
saja buah-buah luar biasa itu yang diperoleh melalui keimanan yang istiqamah
tidak hanya akan memberi kebahagiaan dunia tapi juga kebahagiaan akhirat.
Kebahagiaan ( اَلسَّعَادَةُ )
Ketiga
hasil istiqamah tadi akan membuat kebahagiaan bagi orang yang memilikinya. jadi
hanyasyahaadah sejati dapat menimbulkan sa’adah. Hanya
Islam dengan konsep syahaadah yang dapat memberikan
kebahagiaan kepada manusia & dunia maupun di akhirat.AI,Quran menyebutkan
bahwa orang beriman akan mendapatkan kebahagiaan atau hasanah di dunia ataupun
di akhirat
No comments:
Post a Comment